Rabu, 22 Oktober 2014
On 01.39 by Unknown No comments
Putri Nyale ( Mandalika )
Sejarah Putri Nyale, Cerita Rakyat Lombok Tengah Pada zaman dahulu
di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang
Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan - ruangan yang besar. Ruangan
ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah
oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu bernama
raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri,
namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok
parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang
di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di
samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut.
Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai
raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan.
Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup
makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat
tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan
keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran - pangeran yang membagi
habis bumi Sasak (Lombok). Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane,
Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cintar. Mereka
mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri.
Mereka saling mengadu peruntungan,
siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan
halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran
amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan
Pangeran Maliawang. Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur.
Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya
kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim
Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa.
Putri Mandalika tidak bergeming.
Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang
meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang
tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan.
Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri
Tonjang Beru disaput duka.
Kenapa sang putri menolak lamaran ?
Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung
jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan
pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat
wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10
( bulan Sasak ) menjelang pagi - pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang.
Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing. Semua para undangan
diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta. Tanpa diduga - duga enam orang
para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai
yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut.
Ada yang datang dua hari sebelum
hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak - anak sampai kakek - kakek pun
datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin
menyaksikan bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung
berduyun - duyun datang dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul
dengan hati sabar menanti kehadiran sang putri.
Betul seperti janjinya. Sang putri
muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur,
sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan
yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di
belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang
menunggu berhari - hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang
putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah yang buat dari kain
sutera yang sangat halus.
Tidak lama kemudian, sang putri
melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu
Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang
putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan
suara lantang dengan berseru : ??Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran
dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan
bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran.
Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian
nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan
laut.??
Bersamaan dan berakhirnya kata -
kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan
bertanya-tanya memikirkan kata-kata itu. Tanpa diduga-duga sang putri
mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang
langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang
menggelegar.
Tidak ada tanda-tanda sang putri ada
di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang
jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk
cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu
beramai - ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak - banyaknya
untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau
keperluan lainnya.
Itulah kisah Bau Nyale. Penangkapan
Nyale menjadi tradisi turun - temurun di pulau Lombok. Pada saat acara Bau
Nyale yang dilangsungkan pada masa sekarang ini, mereka sejak sore hari mereka
yang akan menangkap Nyale berkumpul di pantai mengisi acara dengan peresean,
membuat kemah dan mengisi acara malam dengan berbagai kesenian tradisional
seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cendera mata kepada
kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tak ketinggalan pula,
digelar drama kolosal Putri Mandalika di pantai Seger.
Setiap tanggal duapuluh bulan
kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama,
menjelang fajar di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah selalu berlangsung
acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Acara yang menarik
itu bernama Bau Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan
Nyale, sejenis cacing laut yang hidup di lubang - lubang batu karang di bawah
permukaan laut.
Penduduk setempat mempercayai Nyale
memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan
mudarat bagi orang yang meremehkannya?Itulah yang berkembang selama ini? ujar
Lalu Wirekarme yang pernah menjabat sebagai Kepala Sub Dinas Pemasaran Dinas
Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.
Tradisi menangkap Nyale (bahasa
sasak Bau Nyale) dipercaya timbul akibat pengaruh keadaan alam dan pola
kehidupan masyarakat tani yang mempunyai kepercayaan yang mendasar akan
kebesaran Tuhan, menciptakan alam dengan segala isinya termasuk binatang
sejenis Anelida yang disebut Nyale. Kemunculannya di pantai Lombok Selatan yang
ditandai dengan keajaiban alam sebagai rahmat Tuhan atas makhluk ini.
Beberapa waktu sebelum Nyale keluar
hujan turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar
disertai dengan tiupan angin yang sangat kencang. Diperkirakan pada hari
keempat setelah purnama, malam menjelang Nyale hendak keluar, hujan menjadi reda,
berganti dengan hujan rinti-rintik, suasana menjadi demikian tenang, pada dini
hari Nyale mulai menampakkan diri bergulung-gulung bersama ombak yang gemuruh
memecah pantai, dan secepat itu pula Nyale berangsur - angsur lenyap dari
permukaan laut bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur.
Dalam kegiatan ini terlihat yang
paling menonjol adalah fungsi solidaritas dan kebersamaan dalam kelompok
masyarakat yang dapat terus dipertahankan karena ikut mendukung kelangsungan
budaya tradisional.
Keajaiban Nyale bagi suku Sasak Lombok telah menimbulkan dongeng
tentang kejadian yang tersebar hampir keseluruh lapisan masyarakat Lombok dan
sekitarnya. Dongeng ini sangat menarik dengan cerita yang sangat romantis dan
berkembang melalui penuturan orang - orang tua yang kemudian tersusun dalam
naskah tentang legenda Nyale.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Popular Posts
-
BAB II PROFIL INDUSTRI A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Krida Dinamik Autonusa PT. Krida Dinamik Autonusa beralamatkan di Jl...
-
Karya Ilmiah Lingkungan Bisnis USAHA FOTO COPY DAN ATK (Alat Tulis Kantor) Di Susun Oleh : Nama : Ambar Faruk Nim ...
-
Mendengarkan musik bukanlah sekedar hiburan semata. Tanpa Anda sadari, alunan musik sebenarnya telah memberikan perubahan suasana hati d...
-
Putri Nyale ( Mandalika ) Sejarah Putri Nyale, Cerita Rakyat Lombok Tengah Pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat s...
-
Peluang usaha adalah sebuah kesempatan untuk kita dalam mengembangkan usaha dengan melihat hal-hal positif yang ada untuk dapat diman...
-
BAB II PROFIL INDUSTRI A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. Krida Dinamik Autonusa PT. Krida Dinamik Autonusa beralamatkan di Jl...
-
Pengertian E-commerce menurut beberapa sumber Dalam buku Jony Wong dituliskan bahwa pengertian E-commerce adalah pembelian (buying), p...
-
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari a...
-
Menjalankan usaha bisnis internet adalah usaha dengan modal kecil yang bisa dijalankan dari berbagai tempat mulai dari rumah, kontrakan, k...
chitika
amikom
Blog Archive
@ambharbasebase. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar